Laman

Rabu, 31 Maret 2010

How do I add Reactions to my blog?

Adding Reactions is done through the settings page of the Blog Post widget. From the Layout | Page Elements tab, simply click the 'Edit' link under the Blog Post widget and a settings window will pop up.



The Configure Blog Post window will display a handful of options, and the Reactions feature is near the bottom of the list:





To turn on Reactions just select the checkbox, and then you will be able to customize the feature by adding words of your choosing. Finally, you can choose the exact location of Reactions by dragging the widget at the bottom of the Configure Blog Post page:

Rabu, 24 Maret 2010

cara berbagi link ke blog lain

Berikut ini merupakan sebuah cara untuk mempercepat blog anda mendapatkan pagerank. Mau tau gimana caranya. Hal ini tak lebih merupakan suatu cara untuk saling berbagi link antar blogger. Sistemnya adalah dengan menyebarkan link teman sekaligus link anda akan tersebar lebih luas. Jadi link akan berlipat ganda seiring anda mempromosikan link anda. Caranya adalah dengan sistem berbagi.

Sahabat blogger Indonesia :
- tipsandcara: personal blog tentang trick dan tips blogging
- One 4 All: Place to share that all I know
- www.google.com search engine
- idonbiu : indonesia article directory
- http://mangjaya.blogspot.com/: personal blog
- http://baliblogier.wordpress.com/ : blogging dan computer
- http://donkelor.blogspot.com/ : all about health article
- http://www.idonbiu.com/ : tutorial facebook lengkap
- Learning Eduction & Business : Blog tentang bisnis dan pendidikan
- Buitenzblog : bisnis online dan SEO
- cenya95 : Beramal Dengan Ilmu dan Pengalaman
- fatoer-uniska
- www.amrull.co.cc : computer, internet and personal blog
- www.ternakberbagaimacamhewan.blogspot.com
- blok anda di sini

Copy paste artikel ini dari awal sampai akhir dan jangan lupa tambahkan link blog anda di akhir deretan link tersebut. Dan promosikan artikel anda ke blogger lain. Ini akan membatu menambah banyaknya link yang masuk.
Semoga dengan cara berbagi seperti ini kita semua bisa berbagi link dan saling mendukung sesama blogger Indonesia.
Lanjutkan posting ini…
Salam Blogger Indonesia…

Nb : Jika sudah posting kasih tau saya lewat komentar, biar saya masukkan juga link anda di artikel ini. thx...

Senin, 22 Maret 2010

cute animals nurtured a promising future

Rabbits
are very cute and cuddly and many have the idea that it is very easy to have them as pets. Children love to play with rabbits and as they are soft and cuddly, children like to catch them or hold them. Before deciding to have a rabbit as a pet, you need to learn some points so that you find it easy to maintain them. The first thing that is important is to note that they bite and they don't like to be held or picked up when they are roaming about. So it will be a dangerous thing if you have a small child at home and if the rabbit is caught against their will, they may bite. You cannot train them not to bite in such cases.

Rabbits look very cute and it seems that they are the simplest of pets, as they just have to be caged. But the fact is that they have to be cared for a lot. They need to be taken out of the cage daily and they need to be exercised to keep them healthy. You will have to keep an area especially for them so that they exercise there daily and it should not have any harmful things. You should also keep away important things so that the rabbit doesn't bite and destroy them. Those who have studied about the behavior of the rabbits, are of the opinion that it will also get depressed if it does not get the human touch on regular basis. So you or your child will have to spare some time exclusively for the rabbit and play with it.

It depends upon the breed that how often you have to brush the rabbit because they have a tendency to swallow their own fur, which might lead to intestinal problem or even breathing problems in the rabbit. The rabbit's cage also needs to be cleaned either every day or alternate days. If taken care properly rabbits can live up to 10 years or even more sometimes. Buying a rabbit for a pet is a costly and time taking job. You will have to look after and take care of the rabbit and its habits so that they are maintained in a good health and in hygienic way. You have to take care of the type of food and the nutrition that is important for the rabbit too.

Rabbits are quite destructive sometimes and messy too, because basically it is mischievous. They cannot be trained, not to destroy anything so you will have to keep things away from their reach otherwise rabbits can go to the extent of chewing a shoe, cord or anything that they like. Also you will have to groom your rabbit regularly. Even then you should be prepared to clean up the fur, as they shred them here and there. There is one important point to be noted that most rabbits die of heart attack and they fear children a lot. So by keeping all the things in mind you can have a pet rabbit for your home.

Selasa, 16 Maret 2010

serama yang imut


Meskipun berperawakan kerdil, unggas ini pantang minder. Ia senang bergaya petentang-petenteng dan tak ragu berkokok lantang. Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di dunia.

Anggapan bahwa kate adalah jenis ayam terkecil nampaknya sudah kedaluarsa dan tak berlaku lagi. Sekarang ada serama. Ras ayam terkecil di dunia. Kian mungil ukuran badannya semakin bagus kualitasnya. Bobot serama tak lebih dari 500 gram. Ukuran badannya hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Meski berbadan cebol, ia bukan ayam murahan. Serama berkualitas bisa diboyong jika Anda sanggup meminangnya dengan uang sebesar Rp 25 juta – Rp 30 juta. Mutu serama ditentukan oleh bobot badan yang ringan, bentuk leher menyerupai huruf S, kepala tertarik jauh kearah belakang, Sayap menjuntai tegak lurus ke bawah, dan ekor pedang panjang serta berdiri tegak. Ciri fisik seperti itu membuat ayam serama berpenampilan tegap menyerupai prajurit yang sedang berbaris.

Sri Rama ala Malaysia

Serama merupakan mahluk hasil kreatifitas Wee Yean Een seorang “penghulu ayam” dari Negeri Jiran. Pada tahun 1971 ia menyilangkan ayam Kapan alias kate kaki panjang dengan ras ayam Modern Game Bantam.

Ayam kapan ia pilih lantaran memiliki sayap menjuntai lurus ke bawah. Sedangkan Modern Game Bantam memiliki postur badan tegap, leher panjang dan tertarik ke belakang menyerupai huruf S. Pada tahun 1973 Wee Yean Een menyilangkan keturunan pertama hasil perkawina antar ayam kapan dan Modern Game Bantam dengan jenis ayam sutera (Silkie Bantams). Perkawinan tersebut akhirnya melahirkan ayam sutera berpostur badan kecil. Wee Yean Een nampaknya masih tidak puas dengan hasil persilangan tersebut. Penghulu ayam itu lalu menjodohkan keturunan ke dua tersebut dengan kate jepang. Ayam ini punya warna bulu indah serta bentuk ekor berdiri tegak. Pada tahun 1988 mak comblang ayam itu akhirnya berhasil mencetak ayam kate dengan bobot kurang dari 500 gr.

Wee Yean Een lantas memberi nama “Serama” kepada ayam berbadan mikro itu. Julukan tersebut ia berikan lantaran ayam hasil kreasinya itu memiliki gaya dan penampilan gagah layaknya Sri Rama tokoh pewayangan dalam kisah Ramayana. Lidah Wee Yean Een menyebut Sri Rama berubah menjadi berlafal serama.

Ayam serama dipublikasikan pada tahun 1990 melalui kontes pertama yang diselenggarakan di Perlis. Dalam perlombaan Wee Yean Een tampil sebagai salah satu juri. Selain di Malaysia kontes ayam serama juga banyak digelar di Thailand. Di Indonesia Serama mulai dipertandingkan pada tahun 2004 di Ancol, Jakarta. Penggemar ayam serama berkumpul dalam sebuah wadah bernaman Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI).

Ayam Pendek Bernafsu Tinggi

Cara merawat serama tidak sulit dan tak berbelit-belit. Kebutuhan hidupnya sama seperti ayam buras. Menurut pengakuan Ir. Rudiasfie Sjofinal peternak ayam serama di Jakarta ayam cebol ini memang sedikit sukar dikembang-biakkan. Ukuran kakinya pendek menyebabkan pejantan sulit melakukan penetrasi ketika hendak kawin. Akibatnya, proses percintaan menjadi tidak mesra dan sering tidak tepat mengenai sasaran.

Rudi sering membantu ayam pejantan nangkring di atas ayam betina. Teknik pengawinan ini dilakukan dengan cara memegang ayam betina lalu menyodorkanya ke depan pejantan. Syaratnya, kedua mempelai harus benar-benar sudah siap kawin. Induk betina siap dipinang pada berusia 5 – 6 bulan. Serama betina seperti itu biasanya berperilaku jongkok jika dipegang punggungnya. Sedangkan usia subur pejantan berkisar pada umur 4 hingga 5 bulan.

Rudi juga menerapkan teknik kawin gilir. Dalam metode ini ayam betina dipaksa melayani 3 ekor pejantan. Penggiliran dilakukan secara berselang sekitar 2 – 3 jam. Melalui cara perkawinan seperti itu diharapkan peluang keberhasilan bisa diperbesar.

Meski ukuran tubuhnya kecil, serama termasuk jenis ayam bernafsu birahi tinggi. Ia tak gentar dan tak segan-segan jatuh cintrong kepada ayam berbadan lebih gede. Menurut Johan, peternak ayam dari Bekasi, serama mulai belajar kawin ketika berusia 3 bulan. Pejantan muda sehat harus bisa menyalurkan hasrat bercintanya sebanyak 6 – 8 kali setiap hari. Nafsu birahi serama memuncak ketika cuaca mendung, atau pagi dan sore hari.

Kesuburan ayam serama sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik. Cuaca terlalu dingin bisa menurunkan kemampuan ayam betina menghasilkan telur. Sebab sebagian besar pakan digunakan untuk produksi energi guna mempertahankan panas badan. Jadi, ayam serama yang dipelihara di daerah dingin harus memperoleh pakan dengan kandungan karbohidrat tinggi. Semisal jagung.

Sebagai hidangan tambahan, Rudi selalu menyuguhkan menu tambahan berupa jangkrik, dan tauge kepada ayam-ayamnya. Setiap seminggu sekali Rudi juga memberi ayamnya vitamin E.

Cara praktis yang lain dilakukan oleh Albert Tan Swee Guan peternak ayam serama asal Selangor, Malaysia. Ia tak pernah memberi menu tambahan aneh-aneh kepada ayam peliharaannya. Menurut pria berkacamata tersebut, pakan ayam petelur saja sudah cukup. Pabrik sudah meracik pakan tersebut sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan ayam. Albert selalu memberi pakan 2 kali dalam sehari kepada ayamnya. Yaitu di pagi hari dan malam hari sekitar pukul 8. “Itu Chiken feed sudah dikaji sesuai untuk ayam, jadi you tak payah bagi apa-apa lagi,”terang pria tersebut dengan logat melayu.

Telur gagal menetas termasuk salah satu hambatan budidaya ayam serama. Dua kunci penting yang tak boleh dilupakan saat menetaskan telur ayam serama yaitu suhu dan kelembapan. Suhu penetasan tidak boleh melebihi atau kurang dari 37,5°C – 38°C. Kelembapan harus selalu disesuaikan dengan usia telur. Minggu pertama hingga minggu ke dua kelembapan diatur pada kisaran 65% – 70%. 2 – 3 hari menjelang menetas, kelembapan harus ditambah hingga kisaran 95% – 100%. Derajat kelembaban bisa diukur dengan Hygro meter. Piranti ini biasanya sudah ada pada alat penetas. Kondisi udara terlalu kering membikin kulit telur jadi keras. Akibatnya anak ayam kesulitan memecah cangkang telur. Kalau sudah seperti itu, anak ayam bisa mati lemas gara-gara tidak bisa bernafas.

Di arena lomba, ayam serama dapat tampil prima jika birahinya sedang memuncak. Oleh karena itu, seminggu sebelum ikut kotes ia tidak boleh melihat lawan jenisnya. Jadi taruhlah serama Anda di tempat yang terisolir. Umumnya nafsu birahi serama memuncak pada usia 4 – 6 bulan.

Bulu ayam serama yang terlalu sering kawin sering rusak. Sewaktu bercumbu serama betina gemar mematok bulu leher sang pacar. Alhasil bulu wiring itu banyak yang copot sehingga serama jantan jadi botak. Hal itu bisa dicegah dengan jalan melarang serama jantan berpacaran sebelum meraih prestasi.

Selain tidak boleh kawin, ayam serama unggulan juga tak boleh terlalu gaul. Ia dilarang terlalu sering bermain di halaman alias diumbar. Menurut Gusti M. Taufik, ayam yang kerap diumbar akan mandi pasir atau kipu. Nah, hal itulah yang memicu bulu jadi acak-acakan, patah, dan warnanya kusam. Mandi pasir juga bisa bikin sisik kaki copot dan patah. Yang lebih berbahaya lagi, dikawatirkan ayam akan memakan benda-benda berbahaya. Semisal pecahan kaca, dan karet. “Ayam saya pernah mendadak lemas. Lantas setelah saya potong ternyata di dalam temboloknya ada belingnya,” sahut Rudi salah satu pelopor ayam serama di Negeri ini.

Ayam serama juga harus dilatih berkonsentrasi supaya tampil prima di atas panggung. Ia tidak boleh mematok karpet atau kabur dari panggung. Jadi ayam cebol ini harus tak jemu-jemu bergaya dan berkokok lantang di atas cat walk.

Cara melatih mental serama tidak susah. Sekitar 2 – 3 minggu sebelum kontes dia harus dibiasakan dengan panggung berkarpet. Basahi ayam mungil itu dengan sepotong lap. Setelah itu, taruhlah di atas meja yang diberi karpet berwarna hijau. Mengapa harus karpet berwarna hijau? Pasalnya benda tersebut sering dikira rumput. Jadi kalau ketika latihan ia sering tertipu oleh karpet hijau, diharapkan saat di panggung lomba ia ogah mematok-matok karpet lagi. Biar serama tidak kabur, tutuplah dengan kurungan. Setelah itu posisikan meja latihan di tempat yang panas.

Seusai dijemur ayam tidak boleh langsung diberi minum. Kalau hal itu dilanggar, ayam bisa diterjang penyakit ngorok. Wajahnya yang cerah mendadak berubah jadi pucat pasi. Taruhlah terlebih dulu ayam yang usai dijemur di tempat teduh selama 15 – 30 menit. Nah, setelah itu ayam baru boleh menegak segelas air segar.

Serama wajip menyantap porsi pakan pas dengan menu extra gizi. Vitamin E, Pospor dan Calsium sangat penting untuk merawat kecantikan bulu. Vitamin E banyak terkandung dalam minyak ikan. Sedangkan Calsium dan Pospor banyak terdapat dalam sotong alias kulit cumi. Extra fooding tersebut musti disuguhkan setiap hari.

Soal menu pakan serama, Rudi punya resep jitu yang layak ditiru. Setiap pagi ia selalu memberikan minuman bercampur Enervon C kepada seramanya. Ramuan tersebut harus habis sekali minum serta tidak boleh terkena terik matahari. Sebab, khasiatnya bisa hilang. Menu sarat gizi lain yang ia suguhkan yaitu 3 ekor jangkrik dan kroto. Jagung tidak boleh dihidangkan secara berlebihan. Sebab serama yang terlalu banyak menyantap jagung bisa cepat mengalami rontok bulu.

Selain penampilan menarik, serama juga harus memiliki bobot badan seringan mungkin. Jadi, diet harus diawasi secara ketat. Hindari pemberian pakan yang banyak mengandung lemak. 3 hari menjelang lomba, ayam serama disuguh beras merah atau gabah. Porsinya cukup 2 – 3 sendok makan saja. Menu itu diberikan 2 kali dalam sehari. Yaitu pada pagi dan sore hari.

Resep lain dimiliki Ajong penangkar ayam serama di bilangan Pulo Mas, Jakarta. Sebulan menjelang kontes serama hanya diberi pakan berupa gabah mini. Menu itu disodorkan dua kali sehari. Yaitu di pagi dan di sore hari.
Supaya bulu serama semakin nampak kinclong, ayam harus rajin berjemur. Acara mandi sinar matahari dilakukan mulai pukul 8 hingga pukul 10 pagi. Sebelum dijemur sebaiknya ayam dimandikan terlebih dulu. Bahkan kalau perlu setiap sebulan sekali ayam dikeramasi dengan shampo. Kegiatan ini harus dilakukan pada saat cuaca cerah. Seusai karmas, ayam segera dihanduki dan dijemur.

Manipulasi kecantikan ternyata tidak diharamkan di dunia hobi ayam serama. Supaya tampil elok di panggung, banyak serama yang menjalani perawatan kecantikan. Semisal meluruskan bulu pedang (bulu ekor terpanjang) dengan cara diolesi air jeruk nipis, operasi plastik untuk merapikan jengger, serta merapikan bulu sayap.

Urakan karena haus cinta

Serama yang tak pernah kawin sering menderita kelainan perilaku seksual Kondisi seperti itu banyak diderita oleh serama mantan jawara. . Waspadai dan latihlah ayam tersebut kawin dengan cara sopan dan benar. Di dunia perseramaan calon kontesan pantang kawin sebelum menang. Ayam cebol itu dipingit dan dilarang berpacara lebih dulu. Mereka digembleng serta musti rajin berlatih berpose di atas panggung.

Ketika ayam kerdil telah pensiun dari arena lomba dan hendak dikawinkan, pehobi baru bisa menemui akibat yang muncul karena ayam selalu dipingit. Semisal ayam menjadi terlalu bersemangat kawin. Ada juga yang terlalu cuek tak menggubris godaan serama betina.

Meskipun seekor ayam serama yang Anda pelihara hendak mengikuti lomba, bukan berarti serama tersebut tidak boleh kawin. Proses perkawinan dilakukan secara terjadwal dan tidak boleh terlalu sering. Ayam yang terlalu sering kawin bisa mengalami kerusakan bulu. Jika Anda tidak menginginkan bulu ayam jadi acak-acakan gara-gara kawin, taruhlah ayam tersebut dalam kandang umbaran beralas rumput.

Seekor serama mantan juara harus dikawinkan secara berhati-hati. Sebab jika hal ini dilakukan secara serampangan, keselamatan ayam betina bisa terancam. Menurut pengalaman Gusti M. Taufik, ayam serama yang belum pernah dikawinkan memiliki nafsu birahi yang luar biasa. Jika ayam cebol berkelamin jantan ini langsung dikawinkan tanpa perkenalan dan pemanasan lebih dulu, bisa menyebabkan ayam betina babak belur bahkan jiwanya melayang.

Tips dan trik melatih serama kawin yang sudah lama dipraktekkan Taufik layak ditiru. Nafsu birahi berlebihan dari ayam serama bisa diredakan dengan jalan memandikannya setiap pagi. Selain itu, berbagai menu yang bisa membangkitkan gariah kawin juga harus dikurangi. Pakan seperti itu umumnya mengandung protein dalam jumlah tinggi. Semisal pur, minyak ikan dan jagung.

Cara lain yang dilakukan oleh Taufik untuk mencegah perilaku seksual ayam serama yang brutal yaitu dengan jalan merangsang nafsu birahi pejantan dengan tangan. Langkah ini dilakukan sebelum pejantan dikawinkan. Umumnya serama jantan yang sedang ngebet kawin akan mengejar tangan setiap orang yang mendekatinya. “Tangan saya sering dikira ayam betina. Ayam pejantan tersebut langsung nangkring di atas tangan. Lantas cairan sperma berceceran di lengan saya,”jelas Taufik ketika ditemui di kediaman Rudi pelung.

Lakukanlah metode itu pada waktu pagi atau sore hari. Biarkan serama jantan melampiaskan nafsu birahinya di atas tangan Anda. Setelah itu beri waktu sekitar 10 – 15 menit untuk beristirahat, kemudian rangsang kembali ayam jantan tadi. Setelah menjalani 2 – 3 kali rangsangan buatan, serama jantan baru boleh kawin. Nah, cara tersebut bisa membuat serama jantan menjadi lebih mesra saat mengajak bercinta sang Betina.

Metode lain yang dilakukan oleh Taufik untuk melatih ayam serama kawin yaitu dengan jalan menaruh kedua ayam yang akan dijodohkan dalam kandang terpisah. Sangkar calon mempelai itu tidak boleh terlalu berdekatan dulu. Setelah perilaku ayam jantan nampak tidak ugal-ugalan lagi, sangkar itu baru boleh didekatkan. Nah, mereka baru bisa dicampur jika sudah nampak akur.

Korban jiwa bisa dicegah dengan jalan menjodohkan ayam serama jomblo dengan serama betina siap kiawin. Umumnya ayam betina siap kawin ditandai dengan perilaku jongkok sewaktu dipegan punggungnya. Induk betina seperti itu tidak terlalu banyak cing-cong dan pasrah ketika diajak bercinta. Jika Anda masih khawatir dengan perilaku urakan serama jantan, pegang induk betina lalu sodorkan berlahan-lahan ke depan serama jantan. Teknik kawin paksa seperti ini disebut sebagai kawin dodokan.

Lain halnya dengan Hengki Kumis, hobiis ayam serama di Jakarta, menurutnya ayam serama yang tidak pernah dikawinkan sejak kecil bisa menderita penurunan gairah seksual. Ayam seperti ini tidak akan mudah tertarik dengan lawan jenisnya. Bahkan ketika dicampur, tanpa basa-basi ia langsung menghajar serama betina secara membabi-buta.

Ayam loyo bisa dirangsang dengan menu kaya protein dan mengandung bahan penghangat badan. Semisal kecambah, vitamin E dan Jahe. “Biar hangat jahe disuguhkan setiap malam. Dosisnya cukup sebesar kelingking jari saja. Tauge dihidangkan pada siang hari,” terang Hengki.

Pejantan serama yang loyo juga harus dibiasakan bergaul dengan serama betina. Campurlah mereka dalam sebuah kandang umbaran berukuran 1,5 m x 3 m. Tiap kamar dihuni 1 pejantan dan 2 – 3 ekor betina. Kira-kira dua minggu kemudian, serama jantan tadi sudah “gaul” dan senang mejeng.

Posted in Budidaya & Hobi: Fauna Kesayangan (Unggas)

peternakan ayam potong


Daging ayam merupakan daging favorit di negara kita. Hampir 100% orang Indonesia suka makan daging ayam, maka dari itu merupakan peluang yang sangat bagus berbisnis ternak ayam potong. Dulu pada waktu flu burung melanda dunia, bisnis ini menjadi hancur. Sebab tidak ada yang berani makan daging ayam, sehingga banyak para peternak yang gulung tikar. Sekarang berhubung issu flu burung sudah tidak ada, kesempatan memulai bisnis ini menjadi bagus. Saatnya sekarang ini untuk memulai mumpung masi banyak kandang-kandang bekas yang sudah tidak dipakai oleh pemiliknya untuk dibeli dengan harga murah dibandingkan dengan membuat kandang baru yang tentu lebih mahal. Usaha ini biasanya dilakukan dengan sistem kerja sama dengan peternak pembibitan ayam potong. Sehingga anda tidak perlu repot-repot menyadiakan bibit, pakan dan obat-obatan, karena semua telah disiapkan oleh peternak pembibitan tadi. Dengan sistem kerja sama ini anda hanya menyiapkan kandang beserta alat-alat untuk pemeliharaan ayam potong dengan sistem bagi hasil 50%.

Dalam usaha pertanian, perkabunan, peternakan pokoknya agribisnis kita memiliki kemudahan, sebab banyak orang-orang yang ahli di bidang ini terutama di desa-desa. Sehingga tidak ada kesulitan dalam mencari pekerja yang ahli, dengan demikian kelancaran bisnis ini bisa dijamin. Namun kendala yang biasanya dialami pada usaha agribisnis adalah pekerja yang nakal dan tidak jujur. Tapi hal ini jarang terjadi sebab orang-orang desa kebanyakan jujur-jujur walaupun ada yang nakal tapi sedikit. Namun harus pandai-pandai memilih pekerja yang jujur, jujur apa tidaknya pekerja dapat diketahui dengan sistem penghitungan jumlah pakan yang dihabiskan berbanding jumlah hewan ternak, dengan perhitungan tadi dapat pula diketahui berat ternak tanpa harus menimbangnya.

Langkah-langkah yang dibutuhkan

Mencari lokasi yang tanahnya kering (bukan daerah persawahan) untuk menempatkan kandang dengan tujuan agar kandang tidak cepat rusak terutama kandang yang tiang-tiangnya terbuat dari bambu akan cepat rusak jika lokasi terletak pada tanah basah (karena kandang dari tiang bambu murah), namun jika tiang-tiang kandang terbuat dari kayu kelapa tidak masalah dibuat di atas tanah basah karena memakai penyangga beton (kandang bertiang kayu kelapa lebih mahal).

Usahakan mencari kandang bekas untuk dibeli, sebab berarti pernah dipakai sehingga sudah diperhitungkan oleh pemilik sebelumnya bahwa lokasi kandang bagus. Perlu diketahui apa penyebab kandang bekas tadi berhenti dipakai untuk penanggulangan, tapi biasanya para peternak ayam potong yang menutup usahanya kebanyakan disebabkan oleh kasus flu burung. Jika ini penyebabnya maka kandang bekas tersebut baik untuk digunakan sebab kasus flu burung sudah reda (sudah tidak ada).

Jika tidak menemukan kandang bekas, buatlah kandang untuk ukuran isi 4000 ekor ayam. Biasanya sudah ada tukang ahli dalam pembuatan kandang yang menawarkan jasa pembuatan kandang lengkap dengan peralatan tempat pakan, penghangat, tempat air minum, dll.

Temui peternak pembibitan ayam potong untuk diajak kerja sama dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem ini akan mempermudah dalam pengadaan semua yang dibutuhkan karena peternak pembibitan biasanya menyediakan kebutuhan-kebutuhan ternak yang lengkap dan tidak perlu repot-repot dalam pemasarannya karena biasanya mereka yang beli kembali hasil panen kemudian dihitung jumlah kebutuhan yang telah dihabiskan baru setelah itu keuntungan dibagi. untuk ukuran kandang isi 4000 ekor diisi dengan 3700 ekor agar kandang menjadi lega.

Mencari pekerja yang bertugas mengurus pakan dan minuman ternak dan memelihara sesuai dengan cara yang benar dengan upah yang sesuai, untuk 3700 ekor ayam dibutuhkan 2 orang pekerja (setiap satu orang diupah Rp600.000,-). Kemudian usahakan untuk selalu datang mengontrol setiap hari walaupun hanya sebentar setiap sore pada waktu ternak diberi pakan.

Proses kerja usaha ini

Sehari sebelum bibit ayam didatangkan kandang harus dipersiapkan, letakkan terpal pada seluruh lantai kemudian sebarkan gabah padi di atasnya dan siapkan pula terpal atau sambungan karung-karung untuk menutup rapat dinding kandang. Ini bertujuan agar kandang tetap hangat. Kemudian siapkan 40 karung pakan (setiap pengiriman pakan 40 karung, total pakan yang dihabiskan 260 karung per karung seberat 50kg).

Pada hari bibit ayam didatangkan siapkan triplek sebagai sekat yang dibuat melingkar dengan ketinggian 60cm berdiameter 4 meter, sekat dengan diameter tersebut untuk menampung sekitar 600 ekor bibit ayam. Jadi untuk 3700 ekor ayam diperlukan enam lingkaran skat.

Letakkan sebuah kompor penghangat (kompor khusus untuk penghangat ayam) di tengah-tengah setiap lingkaran skat, kemudian letakkan 15 tempat pakan (talam berdimeter 50cm) dan 8 unit tempat air minum di setiap skat.

Beri pakan dan air minum setiap pagi dan sore, setiap sore air dicampur dengan obat anti stress (disediakan oleh bos bibit). Setelah 4 atau 5 hari ternak diberi vaksin Ende dengan cara diteteskan pada mata ternak. Kemudian tempat pakan (talam) diganti dengan tempat pakan khusus ayam yang ditaruh dengan menggantungkannya setinggi 2cm dari lantai kandang dan terpal penutup dinding dibuka bagian atasnya. Sekat diperbesar sesuai dengan kepadatan ternak yang semakin besar.

Pada hari ke12 diberikan vaksin Rumboru yang dicampurkan pada susu skin (susu untuk pertumbuhan bulu ayam), kemudian alas kandang (terpal dan gabah) dibongkar dan alat penghangat berhenti dipakai, kemudian lingkaran skat dan terpal penutup dinding dibuka. Kandang dibersihkan jika musim panas cukup sekali saja dibersihkan, namun jika musim hujan maka kandang harus dibersihkan setiap seminggu setelah hari ke12. Skat diganti dengan skat ruang kandang dengan bambu yang di buat di setiap jarak 10 meter diberi jarak 2 cm antara bambu-bambu skat, setiap sekat tetap berisi 600 ekor ayam, kemudian tempat pakan ditambah menjadi 26 unit dan digantungkan lebih tinggi dari permukaan lantai kandang menjadi 6 cm.

Pada hari ke18 ternak diberikan vaksin Ende yang dicampurkan pada susu skin, setiap pemberian vaksin dilakukan pada waktu sore. Kemudian seminggu sebelum panen yakni di hari ke 28, obat anti stress berhenti diberikan.

Segala sesuatunya mulai dari jumlah pakan, obat anti stress, vaksin, semua dihitung dan dicatat untuk dijadikan data yang akan dicocokkan dengan data peternak bibit (boss yang mensuplai segala kebutuhan tadi) agar penghitungan bagi hasil menjadi benar. Begitu pula pada waktu panen semua ternak yang dikeluarkan untuk dijual harus ditimbang dan dicatat untuk dijadikan data. Adapun ayam yang afkir dipisah penimbangan dan pendataannya, sebab harganya lebih murah dari yang normal, jika yang normal berharga Rp14.000,- per kg maka yang afkir berharga Rp10.000,-.

Panen biasanya dilakukan 6 kali selama satu tahun. Setelah panen kandang dibiarkan selama tiga hari menunggu sampai kotoran ternak kering baru setelah itu dibersihkan dan kotoran dikumpulkan dalam karung-karung bekas pakan dapat dijual seharga Rp2000,- kepada petani untuk dijadikan pupuk, dalam sekali panen bisa menghasilkan 150 karung kotoran. Begitu pula dengan karung bekas pakan dapat dijual seharga Rp2000,-. Hasil penjualan kotoran dan karung bekas dapat menutupi ongkos air PDAM dan listrik dan minyak tanah bahan bakar penghangat kandang.

Jumlah biaya yang dihabiskan dan keuntungan yang dihasilkan.

Sewa tanah beserta kandang yang dapat menampung 4000 ekor ayam Rp15.000.000,- per tahun.

Biaya gaji 2 orang pekerja Rp600.000,- per orang per sekali panen Rp1.200.000,- .

Biaya bibit per kardus isi 100 ekor Rp370.000,- total harga 37 kardus berisi 3700 ekor bibit ayam Rp13.690.000,-(dibayar setelah panen).

Biaya pakan per kwintal Rp265.000,- pakan yang dihabiskan sekali panen adalah 130 kwintal seharga Rp265,000,- kali 130 kwintal sama dengan Rp34.450.000,-.(dibayar setelah panen)

Biaya 20 bungkus obat anti stress yang dihabiskan selama sekali panen adalah Rp240.000,-(dibayar setelah panen).

Biaya 24 botol vaksin selama sekali panen Rp360.000,- (dibayar setelah panen).

Dari 3700 ekor bibit biasanya dapat dipanen 3500 ekor per ekor rata-rata memiliki berat 1,5kg, maka hasil penjualan sekali panen Rp14.000,- dikali 5250kg (berat 3500 ekor ayam) sama dengan Rp73.500.000,-.

Keuntungan yang didapat adalah : hasil penjualan Rp73.500.000,- dikurangi jumlah total biaya pakan, bibit, obat anti stress, vaksin Rp48.740.000,- sama dengan Rp24.760.000,-.

Karena sistem kerja bagi hasil dengan penyuplai bibit dan kebutuhan 50%-50%, maka keuntungan yang didapat dibagi dua menjadi Rp12.380.000,- per sekali panen.

Modal yang harus disiapkan pada awalnya adalah untuk pembiayaan kandang. Jika menyewa kandang orang maka cukup Rp15.000.000,-.

Jika menyewa tanah 10 tahun dan membikin kandang sendiri untuk isi 4000 ekor maka jumlah modal yang harus disiapkan uang sewa tanah Rp10.000.000,- plus biaya kandang Rp60.000.000,- sama dengan Rp70.000.000,-.

Pemasaran

Untuk pemasaran hasil panen karena memakai sistem kerja sama maka sudah diurus oleh klien pembibitan sehingga kita tidak perlu memikirkan pemasaran.

Penutup

Sungguh mengherankan jika melihat fakta bahwa masi banyak penduduk negeri ini yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal negara kita memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Mungkin karena sangat jarang yang memanfaatkan kekayaan alam kita, termasuk pemerintah yang tidak memperdulikan rakyatnya yang didesa yang membutuhkan modal untuk mengelola kekayaan alam mereka. Semoga pembaca terbuka fikirannya sehingga tertarik untuk memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam kita.



Wassalamualaikum

Try Apriyanto



Referensi : Syafiq Manshur (peternak ayam potong)

Kamis, 11 Februari 2010

Ternak Ikan Bandeng

Mengenal Ikan Bandeng

Oleh: AsianBrain.com Content Team

Bandeng (Latin: Chanos chanos atau bahasa Inggris: milkfish) adalah sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima genus tambahan dilaporkan pernah ada).

Ikan ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik. Cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ia baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.

Bandeng merupakan hewan air yang bandel, artinya dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain itu, ikan ini relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air.

Sampai saat ini sebagian besar budidaya ikan ini masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif, produktivitas ikan ini dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya.

Dari aspek konsumsi, bandeng adalah sumber protein yang sehat. Ia merupakan sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Berbagai produk olahannya antara lain dengan di presto, di asap,atau dijadikan otak-otak. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan ikan ini meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi hanya meningkat dengan 3,82%.

Budidaya bandeng tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik air kotor maupun bau amis. Pemeliharaan ikan yang sehat mensyaratkan air dan tambak yang bersih serta tidak tercemar.

Meski demikian, ikan ini termasuk salah satu komoditi perikanan yang mudah rusak, yang diakibatkan karena komposisi gizinya. Disamping itu, ikan bandeng juga merupakan bahan pangan yang banyak digemari masyarakat karena luasnya kemungkinan dalam pengelolaannya.

Ikan muda ini dikumpulkan dari sungai-sungai (disebut nener) dan diternakkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Setelah cukup besar bandeng biasanya dijual segar atau beku, serta dikukus atau diasap.

Bandeng bakar

Ikan ini disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahannya ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang berbau 'lumpur'/'tanah'.

Duri bandeng

Ini sebenarnya adalah tulang dari ikan. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.

Bau lumpur

Bau lumpur pada bandeng banyak dialami pada ikan yang diambil dari tambak. Jenis ikan ini jika dipelihara di karamba, hampir tidak berbau. Bau lumpur dapat diatasi dengan merendam ikan setelah dibersihkan dalam larutan cuka (dua sendok makan) selama sekitar setengah jam.

Senin, 08 Februari 2010

Ternak Ikan Gabus



Ikan gabus. Hampir semua orang tahu. Karena mereka sudah merasakan kelezatannya. Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung sekitar tempat tinggalnya. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas dalam artikel ini.

Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan.

Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya.

Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember.



Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan kedalam : Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy; Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies : Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan. Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head Fish.

Beda jantan dan betina

Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.

Pemijahan

Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan.

Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.

Penetasan telur

Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

Pemeliharaan larva

Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.

Pendederan

Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Sabtu, 06 Februari 2010

Ternak Patin


1. SEJARAH SINGKAT

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.

2. SENTRA PERIKANAN

Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan.

3. JENIS

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:

1. Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
2. Pangasius macronema
3. Pangasius micronemus
4. Pangasius nasutus
5. Pangasius nieuwenhuisii

4. MANFAAT

1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2. Sebagai ikan hias.

5. PERSYARATAN LOKASI

1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6. Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pemilihan calon induk siap pijah.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
3. Kawin suntik (induce breeding).
4. Pengurutan (striping).
5. Penetasan telur.
6. Perawatan larva.
7. Pendederan.
8. Pemanenan.

Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
1. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m 2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
3. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2. Pembibitan
1. Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.
2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
1. Induk betina
* Umur tiga tahun.
* Ukuran 1,5–2 kg.
* Perut membesar ke arah anus.
* Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
* Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
* Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
* kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
2. Induk jantan
* Umur dua tahun.
* Ukuran 1,5–2 kg.
* Kulit perut lembek dan tipis.
* Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
* Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk. Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba.
1. Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem monokultur maupun polikultur.
2. Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
3. Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
4. Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan dan pemanenan. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan. Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air ± 0,5-3 m dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar 0,5-1 m.
3. Pemeliharaan Pembesaran
1. Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m 2
2. Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel).
3. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
2. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1. Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
1. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
2. Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
3. Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
1. Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit,
2. Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau
3. merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2. Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. - Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.

* Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
* Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
* Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
* Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.

8. PANEN

1. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
2. Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.

1. Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2. Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
3. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.
3. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
4. kantong plastik lalu diikat.
5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:

* Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
* Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
* Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
* Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
* Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya. Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:

* Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
* Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
* Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
* Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
* Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.

Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp. 200.000,-
2. Bibit /benih
* 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
* Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
3. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp. 80.000,-
4. Obat
* Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-
* Pregnil Rp. 50.000,-
5. Alat
* Bangunan dan sumur Rp. 2.000.000,-
* Genzet Rp. 2.500.000,-
* Aerator Rp. 500.000,-
* Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-
* Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
* 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-
6. Tenaga kerja
* Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp. 560.000,-
7. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-
2. Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp. 98.000,-
3. Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %
4. Analisis usaha untuk menutup investasi
1. Periode 1: 2 Minggu pertama Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-
2. Periode II : Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-

Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik keuntungan

2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru: Lembar Informasi Pertanian.
2. Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
3. Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1), 1987: 42 - 47.
4. Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
5. --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
6. --------------, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
7. --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
8. --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
9. --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
10. Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999 ).
11. Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius pangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;

Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Jumat, 05 Februari 2010

ternak ikan nila



1. PENDAHULUAN
Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan dan toleransinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Rasanya cukup gurih dan d i gemari masvarakat Indonesia.

jenis Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila GIFT yang masuk ke Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).

Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada kolam tanah, kolam tembok dan Keramba jaring Apung (KJA).

Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar negeri (ekspor) seperti masyarakat Jepang dan Singapura, terutama ukuran yang berat badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam negeri akan banyak menunjang usaha perbaikan gizi keluarga.

Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi.



PEMBESARAN IKAN NILA GIFT

Teknik pembesaran Ikan Nila GIFT terapannya ada. 3 (tiga) macam, yaitu :

A. Monoculture (Pemeliharaan Tunggal).

Luas lahan kolam pembesaran bervariasi, tergantung lahan yang tersedia. Dapat berupa kolam tanah, kolam. berdinding tembok, Kolam Air Deras (KAD) dan Keramba Jaring, Apung (KJA).

Air yang digunakan untuk pemeliharaan harus bebas polusi baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun Limbah rumah tinggal. Debit air 1- 5 It/ detik untuk luas selahan 100 m2.


B. Polyculture (Pemeliharaan Campuran dengan Ikan lain).

Pemeliharaan Ikan Nila dapat juga dilakukan secara polyculture (campuran) dengan jenis ikan lain, syaratnya ikan yang dimasukkan tidak merupakan pesaing (kompetitor) atau pemangsa (predator) bagi ikan Nila. jenis serta prosentase masing-masing ikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :









C. Terpadu Longyam(BalongAyam) dan Unggas lainnya.

Untuk meningkatkan produksi, pemeliharaan Ikan Nila dapat dilakukan bersama dengan pemeliharaan unggas. Berdasarkan dari pengalaman yang sudah banyak dilakukan, pemeliharaan Ikan Nila yang menguntungkan bila dipadukan dengan ayam petelur.


3. PERSIAPAN KOLAM

Persiapan Kolam pemeliharaan Ikan Nila meliputi :
a. Pengeringan kolam;
b. Perbaikan pematang, saluran pemasukkan dan pengeluaran;
c. Pengapuran dengan ukuran 25-1000 gram/m2;
d. Pemupukan dengan pupuk kandang 500 gram/ M2, urea 15 gram/ m2 dan TSP gram/ m2.;
e. Pengisian air kolam;
f. Dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida;
g. Untuk mencegah h.ewan/ ikan lain masuk, maka dapat dipasang saringan pada pintu masuk air;
h. Masukkan air sampai kedalaman 80 - 150 cm, kemudian tutup pintu pemasukkan dan pengeluarannya, biarkan air tergenang;
i. Penebaran Ikan Nila dilakukan setelah 5 - 7 hari pengisian air kolam.


4. PENEBARAN BENIN IKAN NILA

Ukuran benih Ikan Nila yang disebarkan berukuran 8 - 12 cm atau ukuran berat 30 gram/ ekor dengan padat tebar 5 - 10 ekor/ m2 serta lama pemeliharaan, 6 bulan hingga ukuran berat Ikan Nila mencapai 400 - 600 gram/ekor. Atau juga, untuk padat penebaran benih Ikan Nila dapat dilihat di bawah ini :











5. PEMBERIAN MAKANAN
Komposisi makanan yang diberikan untuk Ikan Nila selain makanan alami dapat diberikan makanan tambahan. yang diusahakan secara intensif, yaitu berupa dedak, ampas kelapa, pellet atau sisa-sisa makanan dapur.

• Pada dasarnya pemberian pakan terdiri dari:
• Protein 20-30%;
• Lemak 70% (maksimal.);
• Karbohidrat 63 - 73%.
• Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
• Kaliandra;
• Kalikina atau kecubung;
• Kipat,
• Kihujan.


6. PENYAKIT

Penyakit Ikan Nila yang, paling serius adalah yang disebabkan oleh lingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kurang baik dsb. Penanggulangan yang paling baik dan efektif dengan cara memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.

Sekali kolam ikan terlanda penyakit yang, serius biasanya terlambat untuk melakukan tindakan apapun. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.

Oleh karma itu melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.


7. PEMANENAN

Setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan, Ikan Nila dapat dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan bervariasi di atas 50 gram/ ekor.

Sistem pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.

Teknik memanen yang paling mudah dan murah dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.

Selama panen air segar perlu dialirkan ke dalam kolam untuk mencegah agar ikan tidak banyak yang mati. Ikan akan berkumpul di bak-bak (kubangan) penangkapan atau dalam saluran, kemudian diserok/ditangkap.

Setelah panen selesai, kolam pemeliharaan dikeringkan dan dilakukan persiapan kembali untuk pemeliharaan berikutnya.

sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008

Senin, 01 Februari 2010

Ternak Ikan Lele

Ikan lele merupakan jenis ikan yang begitu merakyat dengan masyarakat Indonesia. Ia merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Beternak ikan lele berkembang pesat disebabkan beberapa faktor, diantaranya :

* Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
* Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
* Pemasarannya relatif mudah dan
* Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

Pengembangan usaha ternak ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Meski demikian, perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas.

Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).

Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang. Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora.

Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha ternak ikan, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Beternak ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai, terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi.

Beternak ikan lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu.

Parameter kualitas air yan baik untuk beternak ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

* Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
* pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
* Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

Hal yang tidak kalah penting dalam beternak ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air. Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2.

Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Tentang Penulis: AsianBrain.com Content Team. Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA & TERBAIK di Indonesia. Didirikan oleh Anne Ahira yang kini menjadi ICON Internet Marketing Indonesia. Kunjungi situsnya: www.AsianBrain.com

Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama:

1. Anda tidak mengubah baik sebagian atau pun keseluruhan tulisan.
2. Anda harus mencantumkan 'tentang penulis' di bagian bawah artikel, dan memuat link aktif menuju www.AsianBrain.com atau www.AnneAhira.com

Jumat, 29 Januari 2010

TERNAK GURAME

SENTRA PERIKANAN

Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.



JENIS

Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:

Klas : Pisces

Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa, gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu 10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan.



MANFAAT

Sebagai sumber penyediaan protein hewani.



PERSYARATAN LOKASI

Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.



PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kolam

Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:

a).Kolam penyimpanan induk

Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

b)Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).



1.Pemilihan IndukCiri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:

Usahakan Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.

ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

* Betina Dahi meninjol.

2.Pemeliharaan Induk

Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m2) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.

3.Pembenihan

Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai berikut:

* Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan dasar kolam.

4.Pemeliharaan Bibit

Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah, pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air.

Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

1. Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.

a) Polikultur

Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.



1.Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan.

Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari.

Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.

2.Pemberian Pakan

Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap.

Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun.

3.Pemeliharaan Kolam/Tambak

Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.



HAMA DAN PENYAKIT

Penyakit

Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut.

Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya.

Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:

1) Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.

Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset.

Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:

Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)

Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.



P A N E N

Penangkapan

Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada saat dipanen.

Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3 tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat 0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.

Adapun cara penangkapan: air disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi hari. Hindari cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.



Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:

* Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.





Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan pascapanen benih adalah sebagai berikut:

Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).





DAFTAR PUSTAKA



RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987

Kamis, 28 Januari 2010

penyakit pada ikan hias dan cara penanggulangannya

PENDAHULUAN.

Perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia makin lama makin menggembirakan dan berkembang sangat pesat. Namun pada prakteknya banyak sekali faktor‑faktor yang dihadapi, salah satu faktor tersebut adalah masalah penyakit ikan.

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).

Wabah penyakit ikan yang pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1932 (Sachlan, 1952) yaitu ketika parasit Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan banyak kematian pada ikan tawes (Puntius gonionotus). Kemudian pada tahun 1970 kasus wabah penyakit ikan yang disebabkan oleh Lernaea cyprinacea yang banyak menimbulkan kerugian pada produksi benih ikan mas. Pada tahun 1980 sampai 1983 dunia perikanan di Indonesia telah dirugikan dengan adanya wabah penyakit bakterial yang kemudian terkenal dengan penyakit merah yang banyak menimbulkan kerugian pada budidaya ikan mas dan lele serta ikan-ikan lainnya. Dan pada tahun‑tahun berikutnya penyakit tersebut menyebar hampir keseluruh Asia, dan kemudian terkenal dengan sebutan penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS). Namun demikian masalah penyakit pada ikan hias belum banyak dibahas.

-------------------------------------

*) = Bahan kuliah pada pelatihan Jabatan Fungsional pengendali hama dan Penyakit Ikan

di Cisarua 27-31 Januari 2003.

**) = Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Sukamandi.

Pada usaha penanggulangan beberapa bahan kimia dan antibiotika telah banyak diteliti kegunaannya untuk pemberantasa penyakit ikan. Namun demikian pengunaan bahan‑bahan tersebut diatas dirasakan banyak menimbulkan masalah sampingan terlebih‑lebih apabila pemakaian bahan tersebut tidak menuruti aturan. Maka penelitian sekarang ditujukan kepada cara yang lebih effektip dan effisien yaitu dengan usaha pencegahan. Penelitian tentang pemakaian vaksin baik untuk panyakit bakterial maupun penyakit parasiter telah mulai dilakukan (Supriyadi dan Taupik, 1983). Selain itu penelitian pemilihan strain ikan yang tahan terhadap penyakit ikan juga telah dilakukan (Supriyadi, 1986).

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

1. Intensifikasi budidaya.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa system budidaya ikan di Indonesia telah sampai pada tahapan intensifikasi. Dengan intensifikasi biasanya dilakukan dengan padat penebaran yang tinggi untuk menghasilkan produksi ikan yang tinggi tanpa mempertimbangkan daya dukung lahan. Pada keadaan demikian apabila tidak didukung oleh keadaan lingkungan yang sehat dan memenuhi syarat maka akan mudah sekali timbul wabah penyakit ikan.

2. Manajemen Budidaya yang kurang sempurna

Petani ikan biasanya hanya berpikir bagaimana cara mengejar hasil yang setinggi‑tingginya tanpa memikirkan masalah lain yang sebenarnya sangat mendukung pada keberhasilan usaha budidaya. Salah satu contoh yang masih kurang diperhatikan adalah pemberian pakan yang tidak tepat tanpa mengetahui apakah pakan tersebut dimakan oleh ikan atau tidak. Dengan banyaknya pakan yang tertimbun didasar perairan maka akan banyak menimbulkan masalah berupa pembusukkan pakan yang pada akirnya akan menghasilkan bahan cemaran antara lain ammoniak.

Cara penanganan yang kasar serta kurang memperhatikan tindak aklimatisasi setelah pengangkutan ikan juga merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kasus wabah penyakit ikan.

Faktor lain adalah masalah konstruksi kolam atau bak yangbiasanya kurang sempurna dan tidak mendukung sanitasi air . Hal ini juga merupakan suatu faktor yang mempercepat terjadinya wabah penyakit ikan.

3. Masalah kualitas air yang tidak mendukung

Lingkungan yang kurang memenuhi syarat bagi usaha budidaya ikan seperti pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, kandungan zat asam yang rendah, kandungan bahan organik yang tinggi, banyaknya bahan cemaran yang masuk ketempat budidaya secara tidak langsung ataupun langsung akan membantu mempercepat timbulnya wabah penyakit ikan.

4. Kurangnya pemahaman serta keterampilan akan cara penanggulangan penyakit ikan .

Selain hal‑hal tersebut diatas juga dirasakan sangat terbatasnya pengetahuan tentang penyakit ikan oleh para petani ikan. Hal ini akan mengakibatkan kurang cepatnya arus informasi yang sampai kepada petugas yang bersangkutan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kelambatan dalam tindakan penanggulangannya.

BEBERAPA PENYAKIT IKAN

Penyakit Parasiter.

1. Penyakit bintik putih.

Jasad penyebab penyakitnya adalah Ichthyophthirius multifiliis. Penyakit ini sering disebut dengan penyakit "Ich" atau "White spot". Gejala klinis yang ditunjukkannya adalah adanya bintik putih baik pada kulit, sirip, mata dan insang. Biasanya sering terjadi pada ikan ukuran kecil (benih). Kasus infeksinya lebih sering pada kondisi ikan dengan kepadatan tinggi, dengan suhu air rendah (dibawah 25°C).

Penanggulangan parasit ini dapat dengan cara pencegahan yaitu mempertahankan kondisi perairan dalam keadaan yang optimal antara lain cukup oksigen, mengurangi kepadatan serta mempertahankan suhu air pada keadaan otimum. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang terinfeksi dalam suatu wadah pada larutan campuram formalin 25 ml/m3 air dan malachite green oxalat 0.15 g/m3 air selama 24 jam.

2. Penyakit Trichodiniasis

Penyakit ini disebabkan oleh Trichodina sp. Parasit ini banyak terjadi pada ikan ukuran benih terutama apabila ikan berada dalam keadaan stress yang diakibatkan antara lain oleh kepadatan terlalu tinggi penanganan yang kurang sempurna, pemberian pakan yang kurang tepat baik mutu maupun jumlahnya terutama pada keadaan temperatur air turun. Gejala klinis yang ditunjukkannya adalah ikan yang terinfeksi biasanya menggosok-gosokan badannya pada dasar atau dinding bak atau kolam.

Penanggulangan penyakit tsb dapat dilakukan dengan cara pencegahan yaitu antara lain dengan penanganan yang sempurna, penerapan sanitasi wadah, air serta manajemen budidaya yang sempurna. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan formalin 25 ml/m3 air selama 24 jam, atau Acriflavin dengan dosis 3 mg/l air selama 15 sampai 30 menit yang dilakukan dalam bak atau wadah penampung.

3. Penyakit Tetrahymena

Penyakit tersebut disebabkan oleh Tetrahymena pyriformis.. Parasit dapat menginfeksi kulit dan sirip. Organisme penyebab penyakit tersebut kalau dilihat dengan menggunakan mikroskop berbentuk seperti buah pear. Gejala klinisnya biasanya ikan yang terinfeksi mengosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding bak, serta mengibas-ibaskan siripnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan Acriflavin 3 mg/l air dengan cara perendaman selama 15 – 30 menit.

4. Penyakit Costiasis

Penyebabnya adalah Costia necatrix, merupakan parasit yang mempunyai bulu cambuk sebagai alat pergerakannya, dan kalau dfilihan dengan menggunakan mikroskop bentuknya akan kelihatan seperti kacang kedelai. Tetapi dalam keadaan nempel pada kulit akan kelihatan seperti buah pear. Gejala klinis yang ditunjukkannya ikan yang terinfeksi akan kelihatan lebih keruh dan pada infeksi berak maka ikan akan mengalami pendarahan dan luka pada kulit.

Cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan menempatkan ikan pada suhu diatas 30oC. Pengobatan dapat dilakukan dengan Iodine 1 tetes dari larutan stock untuk tiap 5 liter (Larutan stoc dibuat dari 0.5 mg dilarutkan dalam 100 ml air).

5. Penyakit Beludru (Oodiniasis)

Penyakit tersebut disebabkan oleh parasit Oodinium pillularis, sejenis parasit yang mempunyai bulu cambuk sebagai alat geraknya. Organ tubuh yang dapat terinfeksi adalah kulit, insang dan kadang-kadang insang. Gejala klinis yang ditimbulkannya adalah berupa kulit ikan terasa kasar berwarna kuning kecoklatan. Apabila menginfeksi insang maka ikan akan menunjukkan gejala frekuensi pernafasan makin cepat.

Penanggulangan dapat dilakukan dengan menempatkan ikan yang terinfeksi pada air dengan suhu diatas 33oC selama 24 jam. Pengobatan dapat dilakukan dengan memakai Quinine sulfat 10 mg/l air selama 3 hari. Campuran copper sulfat dan asam citrat sebanyak 1.25 ml larutan stock/l air selama 10 hari (larutan stock dibuat dari 100 mg cooper sulfat ditambah dengan 25 mg asam citrat dilarutkan dalat 100 ml aquadest)

6. Penyakit "Gembil".

Parasit ini biasanya menginfeksi ikan jenis koi dan Lion head, dan biasanya merupakan bawaan dari kolam pendederan yang terinfeksi. Banyak terjadi pada ikan ukuran kecil, dan biasanya parasit tersebut berada dalam stadium spora yang membentuk kista dalam jaringan tubuh biasanya pada insang dan bagian badan. Gejala klinisnya adalah berupa bintil-bintil berwarna putih kemerahan yang terdapat pada insang, sehingga tutup insang terlihat selalu terbuka. Jenis yang menginfeksi badan akan menunjukkan benjolan pada tubuh ikan, Parasit tersebut sangat sulit untuk diberantas secara khemotherapy. Satu‑satunya jalan untuk menanggulangi parasit tersebut adalah dengan cara pencegahan, yaitu antara lain dengan menerapkan sistem majemen budidaya yang baik serta sanitasi baik pada kolam pendederan maupun air.

7. Pleistophorosis

Penyakit tersebut dapat menginfeksi ikan air tawar maupun ikan laut. Parasit yang sering terdapat terutama menginfeksi ikan dari jenis neon tetra. Penyebab penyakitnya adalah Pleistophora hypessobryconis. Gejala klinis yang ditujukkannya adalah ikan yang terinfeksi berwarna pucat,dan pada tempat infeksinya akan kelihatan berwarna putih, garis- garis warna pada ikan tersebut seolah terputus, ikan berenamg sangat lemah, kadang-kadang menunjukkan adanya kelainan tulang belakang.

Belum ada cara pengobatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi penyakit tersebut. Ikan yang terinfeksi hendaknya segera diambil dari bak dan kemudian dikubur atau dibakar.

8. Penyakit cacing.

Cacing tersebut biasanya terdapat baik pada insang maupun pada kulit ikan. Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus spp., serta Quadriacanthus sp. merupakan parasit yang banyak menyerang ikan budidaya, terutama pada ikan ukuran kecil. Gejala klinis dari ikan yang terinfeksi adalah prekuensi pernafasan/gerakan insang bertambah cepat, ikan berwarna lebih gelap dan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding bak dan lama-lama ikan menjadi kurus.

Penanggulangan parasit ini dapat dengan cara mencegah terjadinya infeksi yaitu antara lain dengan mengurangi padat penebaran. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan Formalin 150 ml/m3 air, dengan cara perendaman dalam wadah penampung.

9. Penyakit Paser.

Penyakit ini disebabkan oleh Lernaea cyprinaceae. Stadium infektifnya adalah stadium copepodid. Gejala klinisnya biasanya ditunjukkan dengan adanya jasad parasiter yang sudah dewasa tersebut yang menancap pada badan ikan.

Pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman dalam dalam wadah penampung dengan Fenthion 0.25 mg/l air selama 24 jam. Formalin 25 ml/m3 air selama 24 jam dengan cara perendaman. Kedua obat tersebut hanya dapat membunuh parasit pada stadium copepodid.

10. Penyakit "kutu ikan".

Parasit ini terkenal dengan nama kutu ikan (fish lice), bergerak sangat cepat, bersifat sebagai parasit obligat. Namun demikian ia hanya dapat bertahan hidup sementara diluar tubuh inangnya.

Selain sebagai parasit, Argulus juga dapat menjadi penyebab timbulnya infeksi kedua antara lain oleh bakteri, jamur maupun virus karena akibat luka gigitannya.

Pengobatan dapat dilakukan dengan merndan ikan yang terinfeksi dalam suatu wadah penampung dengan larutan garam dapur 1.25% selama 10-15 menit.

PENYAKIT BAKTERIAL

Penyakit bakterial telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan terlebih‑lebih apabila ikan tersebut dibudidayakan dalam perairan yang kaya akan bahan organik. Pada keadaan demikian bakteri akan tumbuh dengan subur, sehingga apabila terjadi stress pada ikan oleh sesuatu sebab maka akan mudah sekali terjadi infeksi penyakit bakterial tersebut.

Ada tiga type gejala infeksi penyakit bakterial pada ikan yaitu luka pada kulit dan sirip, penyakit yang menginfeksi organ dalam, dan penyakit tuberculosis.

1. Penyakit Luka kulit sirip dan insang.

Penyakit yang menunjukkan gejala demikian dapat disebabkan oleh bakteri Myxobacteria. Salah satu species yang sering menginfeksi ikan air tawar adalah Flexibacter columnaris. Penyakit ini biasanya terjadi pada ikan yang stress akibat bertambahnya panas atau bertambah dinginnya suhu air.

Luka pada kulit pada awalnya berwarna pucat keputih‑ putihan dan luka tersebut makin lama berkembang menjadi borok yang dalam. Lama‑kelamaan ikan berwarna lebih gelap, gerakannya lamban dan akhirnya mati. Apabila bakteri tersebut menginfeksi insang maka produksi lendir biasanya akan bertambah dan lama‑lama insang ikan akan rontok. Selain itu bakteri ini dapat pula merontokkan sirip ikan.

Penanggulangan penyakit tersebut dapat dengan cara pencegahan yaitu antara lain dengan mempertahankan kualitas air supaya tetap optimal, penerapan sanitasi kolam dan manajemen budidaya yang tepat.

Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa antibiotika yaitu antara lain Oxytetracyclin hydrochlorid 5‑10 mg/l air dengan cara perendaman selama 24 jam. Baytril juga dapat dipakai dengan dosis 8‑10 ml/m3 air dengan cara perendaman selama 24 jam dilakukan dalam wadah penampung.

2. Penyakit merah

Bakteri garam negatif sering menjadi penyebab utama penyakit bakterial pada ikan air tawar pada umumnya. Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang sering menginfeksi ikan air tawar.

Pada umumnya penyakit ini akan timbul pada ikan yang penanganannya kurang sempurna, pakan yang kurang tepat baik mutu maupun jumlahnya, banyak terinfeksi oleh parasit, serta air kolam yang terlalu subur, serta zat asam yang sangat rendah.

Adapun gejala yang ditunjukkannya adalah warna ikan menjadi lebih gelap, nafsu makan berkurang atau hilang, bergerombol dekat saluran pembuangan, dan kadang‑kadang timbul luka pada kulit jadi kemerah-merahan. Kalau kita membedah ikan yang terinfeksi gejala yang ditunjukkannnya adalah hatinya berwarna pucat, dan pendarahan terjadi pada organ dalam .

Penangulangan dapat dilakukan dengan cara manajemen budidaya yang baik, mengurangi kesuburan kolam, serta pemberian pakan yang tepat baik jumlah maupun mutunya. Selain itu dapat dengan menggunakan vaksin "Hydrovet". Pengobatan dapat dengan menggunakan antibiotika, baik dengan melalui suntikan, melalui makanan ataupun dengan perendaman. Pengobatan dengan melalui suntikan antara lain dengan menggunakan Oxytetracyclin HCl 25‑30 mg/kg ikan diberikan sebanyak 3 kali tiap tiga hari sekali. Pemberian antibiotika dengan melalui makanan dengan menggunakan obat yang sama dengan dosis 50 mg/kg ikan diberikan selama 7‑10 hari berturut‑turut. Perendaman dapat juga dilakukan dengan obat yang sama dengan dosis 5‑10 mg/l air selama 24 jam, atau dengan menggunakan Baytril dosis 8‑10 ml/m3 air selama 24 jam.

3. Tuberculosis .

Penyakit ini banyak menginfeksi ikan hias dan juga dapat menginfeksi ikan gurame. Bakteri penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium fortuitum. Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala adanya bintil-bintil (granuloma) berwarna putih kemerahan pada hati, ginjal, ataupun pada limpha. Gejala luar yang dapat kita amati kadang‑kadang menunjukkan adanya mata yang menonjol (exopthalmos), atau perut yang menggembung. Kalau perut tersebut kita bedah maka akan kelihatan bintil-bintil kecil (tubercle) berwarna putih kemerahan terdapat pada ginjal, hati, maupun limpha.

Penyakit ini relatip agak susah untuk ditanggulangi, kecuali kalau kita dapat mendeteksi secara dini maka kita dapat berikan antibiotika Streptomycin sulfat 20 mg/kg berat ikan dengan melalui pakan dengan pemberian dalam waktu panjang.

PENYAKIT AKIBAT JAMUR (MYCOSIS).

Ada beberapa jamur yang telah dilaporkan menginfeksi ikan hias. Jamur dari golongan Phycomycetes genus Saprolegnia dan Achlya telah banyak menimbulkan banyak kerugian. Jamur tersebut dapat menginfeksi ikan terutama ikan yang mnendapat penanganan kurang sempurna. Biasanya terjadi pada waktu pasca angkut dll.

Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pencegahan maupun cara pengobatan. Cara pencegahan yang dapat dilakukan ialah selain harus menangani ikan secara sempurna. Pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalat 0.15 g/m3 air selama 24 jam. Sedangkan untuk treatmen telur ikan dapat dilakukan perendaman dengan obat yang sama 3 mg/l air selama 12 jam.

PENYAKIT AKIBAT INFEKSI VIRUS

1. Penyakit Lymfosistis (Lymphocyctis)

Penyakit sering ditemukan pada ikan hias terutama dari jenis siklid. Pada prinsipnya penyakit ini hanya mempengaruhi penampilan dari ikan tersebut menjadi tidak indah lagi. Virus ini tidak menimbulkan kematian yang tinggi bagi ikan yang terinfeksi.

Gejala klinisnya mudah dikenali yaitu dengan adanya bintil berwarna keputih-putihan baik pada kulit maupun pangkal sirip.

Penanggulangan bagi penyakit ini sulit untuk dilakukan dan juga tidak ada obat yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit ini. Namun demikian penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia.

2. Penyakit bunga kol (Papilomatosis)

Seperti halnya penyakit Lymfosistis, penyakit bunga kol ini juga penyakit yang hanya dapat mengakibatkan pada penurunan mutu atau penampilan dari ikan hias tersebut. Penyakit ini biasanya lebih sering terjadi pada ikan hias jenis sidat. Ikan lily juga pernah ditemukan terinfeksi oleh penyakit tersebut.

Gejala klinis yang ditimbulkannya meliputi adanya bangunan seperti bunga kol pada mulut ikan hias tersebut.

Penyakit tersebut sangat sukar untuk ditanggulangi terutrama denga cara pengobatan. Salah satu usaha penanggulangan yang bisa dilakukan adalah dengan cara pencegahan, yaitu antara lain memelihara kebersihan air, kolam/bak serta penerapan pola budidaya yang sempurna.

3. Penyakit busuk insang (Koi Herpes Virus /KHV).

Pada ikan hias jenis Koi penyakit akibat infeksi virus yang terkenal adalah penyakit “Koi Herpes Virus” . Penyakit ini telah merugikan produksi ikan hias koi di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini telah mewabah pada tahun 2002 dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Selain itu penyakit tersebut juga dapat menginfeksi ikan konsumsi dari jenis ikan mas.

Gejala klinis yang ditimbulkan meliputi:

§ Ikan menunjukkan gejala yang makin melemah

§ Memisahkan diri dari kelompok

§ Produksi lendir berlebih, tapi kemudian lendir ikan menjadi berkurang sehingga ikan akan terasa kesat kalau diraba.

§ Warna ikan menjadi lebih pucat.

§ Gejala spesifiknya adalah ditujukkan dengan insang yang membusuk. Oleh karena itu penyakit ini terkenal dengan penyakit busuk insang.

Seperti halnya kedua jenis penyakit virus diatas, penyakit inipun tidak mudah untuk ditanggulangi. Pola pencegahan seperti pada penyakit-penyakit tersebut diatas merupakan tindakan yang hanya dapat dilaksanakan. Kalau kita temukan penyakit ini sebiknya harus segera dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

DAFTAR PUSTAKA.

Sarig, S. 1971. Diseases of Warmwater Fishes. TFH Publ., Neptune City, New Jersey.

Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contrib. Inl. Fish.Res. Stat. No. 2. 1 ‑ 60.

Snieszko, S.F. 1973. The effect of environmental stress on outbreak of infection diseases of fishes. J. Fish. Biol. (6) : 197‑208.

Supriyadi, H. dan P. Taufik. 1983. Penelitian pendahuluan immunisasi ikan dengan cara vaksinasi. Bull. Pen. PD .4 (1): 34 ‑36.

Supriyadi, H. 1986. The susceptibility of various fish species to infection by the bacterium Aeromonas hydrophila. p. 241 ‑ 242. In J.L. Maclean, L.B. Dizon and L.V. Hosillos (eds) The first Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines.

Untergasser,D. 1989. Handbook of Fish Diseases. In H.R. Axelrod (ed). TFH Publications.


PENYAKIT BINTIK PUTIH (WHITE SPOT)


Penyakit yang paling sering dijumpai pada ikan di akuarium dan sangat susah diberantas adalah penyakit White spot, yang disebabkan oleh Ichthyophthirius {seekor Protozoa) yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan, serta merusak lapisan insang.

Binatang yang sangat kecil dan tak dapat terlihat oleh mata biasa ini, pada selaput lendir ikan bergerombol dapat berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jumlahnya, hingga dapat terlihat sebagai bintik-bintik putih. Karena itu disebut White spot.

Ichthyophthirius multifiliis ini merusak sel-sel lendir ikan, dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan. Siktus hidup parasit ini sangat penting untuk diketahui oleh karena segala cara pemberantasannya pada dasarnya ialah memutuskan rantai kehidupannya.

Sesudah 8 hari hidup di tubuh ikan, parasit ini telah cukup dewasa untuk melangsungkan berkembangbiaknya. la melepaskan diri dari tubuh ikan, dan melayang-layang dalam air untuk beberapa saat lamanya. Kemudian ia melekatkan diri pada suatu benda, batu-batu, tumbuh-tumbuhan, ganggang, dinding akuarium/kolam dan sebagainya serta membentuk suatu lapisan kulit yang terlihat sebagai lendir. Bentuk demikian disebut cyste.
Di dalam cyste parasit ini akan rnembelah diri. Dalam waktu 5 jam (lamanya tergantung dari suhu), terbentuklah ribuan Inchthyopthirius kecil-kecil. Kemudian dinding cyste itu pecah, lalu berhamburanlah "anak-anak" parasit tersebut melayang-layang dalam air siap untuk menyerang ikan. Apabila dalam waktu 48 jam mereka tidak dapat menemukan ikan untuk ditempelinya maka anak-anak parasit itu akan mati.
Jika ada ikan, mereka segera menempet dan tumbuh pada se*laput lendir ikan.

Menurut Butcher (1934), siklus hidup parasit Inchtyopthirius dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu :
I. faseparasiter : ketika hidup pada ikan.
II. fasepre—cyste : setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapi belum membentuk cyste. Fase ini dapat diberantas dengan obat.
III. fase cyste : selama terjadi proses membelah diri, ter*bungkus dinding lendir melekat pada suatu benda dalam air.
IV. fase post—cyste : berupa benih-benih parasit yang baru keluar dari cyste. Fase ini mudah mati oleh obat-obatan.

Cara Pemberantasan
Pada selaput lendir ikan, parasit Protozoa ini hidup terbungkus oleh selaput sel lendir. Obat-obat pemberantas tidak dapat meresap ke dalam parasit dalam keadaan tersebut, tanpa merusakkan selaput lendir ikan yang bersangkutan.
Karena itu fase pre-cyste (sesudah melepaskan diri dari badan ikan tetapi belum menjadi cyste) adalah fase yang mudah dikenai obat tanpa merusak ikan yang bersangkutan. Demikian fase post-cyste ketika benih-benih Ichthyophthirius multifiiiis sudah keluar dari cyste. Sedangkan pada fase cyste, parasit ini juga tidak terhembus oleh obat, karena berdinding lendir.

1. Pemberantasan dengan Methil biru ( Methylene blue)
* Buatlah larutan baku obat Methylene blue berupa serbuk berwarna biru tua, sekuat kurang lebih 1% (1 gram 100 cc air bersih). Simpan larutan baku dalam botol.
* Waktu hendak mengobati persiapkan sebuah wadah yang cukup besar untuk merendam ikan-ikan yang sakit.
* Isilah wadah yang akan dipergunakan dengan air bersih. Untuk tiap 4 liter air dipakai larutan baku tadi sebanyak 2 — 4 cc. Dan aduklah semuanya sampai rata, kemudian masukkan ikan yang sakit ke dalamnya selama sehari semalam (24 jam).
* Keesokan harinya, dipindahkan ikan yang telah diobati itu kedalam bak {wadah) lain berisi air bersih dan berilah makanan yang cukup. Selang 1 hari, ulangilah pengobatan secara tadi. Demikianlah pengobatan diulang-ulang 3 - 5 kali, sampai ikan sembuh. Obat ini tidak meracuni ikan. Tetapi obat yang sudah dipakai sehari semalam, tak dapat dipakai lagi

2. Pemberantasan dengan garam dapur (NaCI)
* Siapkan air yang bersih dalam wadah untuk pengobatan, dan takarlah banyaknya air yang dipakai. Untuk tiap 100 cc air, perlu diberikan 1 - 3 gram NaCI dan aduklah semuanya.
* Rendamlah ikan yang sakit ke dalam larutan tadi. Obat ini agak berbahaya bagi ikan. Umumnya ikan hanya tahan 5-10 menit, sehingga harus segera dipindahkan ke dalam air bersih sesudah mulai kelihatan payah.

3.Pemberantasan dengan temperatur tinggi
Rantai kehidupan Ichthyophthirius sangat tergantung dengan temperatur air. Pada temperatur 24o-27oC Ichthyophthirius dapat menyelesaikan sirkulasi rantai kehidupannya dalam waktu 4-5 hari, tetapi akan membutuhkan waktu lebih dari 5 minggu jika temperatur air dibawah 7oC.
Ichthyophthirius akan mengalami gangguan dalam bereproduksi jika temperatur air diatas 30oC. Oleh sebab itu untuk menghambat populasi Ichthyophthirius kita dapat meningkatkan temperatur air dengan jalan bertahap. Yang terbaik setiap kenaikan 1oC untuk 12 jam, tetapi untuk mempersingkat dapat dipercepat menjadi 6 jam.
Hal yang perlu diperhatikan apakah ikan yang dirawat mampu pada kondisi air bertemperatur tinggi ? Beberapa ikan akan mengalami kepayahan pada temperatur 32oC. Dan pada temperatur tinggi kandungan oksigen di dalam air akan berkurang, oleh karena itu penambahan aerasi diperlukan.

4.Pemberantasan dengan copper sulfate ( CuSO4)
Penggunaan copper sangat ditentukan oleh konsentrat alkalis air yang akan digunakan dalam perawatan ikan. Copper sebaiknya tidak digunakan pada air yg memiliki konsentrat alkalis dibawah 40 ppm atau diatas 300 ppm. Pada air yang berkonsentrat alkalis rendah, copper akan menjadi lebih beracun bagi ikan sedangkan saat beralkalis tinggi akan membuat copper mengendap sehingga tidak efektif lagi untuk pengobatan.
Formula penggunaan copper adalah jumlah konsentrat alkalis air dibagi 100. Misal : konsentrat alkalis air 85ppm, maka penggunaan copper 85ppm ÷ 100 = 0.85ppm*


Definisi ppm: Parts per million ("ppm") denotes one particle of a given substance for every 999,999 other particles. This is roughly equivalent to one drop of ink in a 150 litre (40 gallon) drum of water.

written by
Leo Lukman

daftar pustaka :
1. PARASIT IKAN dan cara-cara pemberantasannya
2. www. advancedaquarist.com
3. Southern Regional Aquaculture center







BEBERAPA PENYAKIT PADA IKAN

Penyakit columnaris
Penyebab: Flexybacter columnaris
Flavobacterium psychrophilus (OIE listed)
Gram negatif, Aerob, Batang (0.5 x 1.2 mikron)
Sifat serangan: kronis, akut, per-akut
Gejala klinis:lession, haemorrhage, gill necrotic
Penaggulangan: Evironmental improvement kurangkan kand. bahan organik
Penyakit merah
Penyebab: Aeromonas hydrophila
Sifat: gram negatif, bentuk batang, motile cytochrom oksidase (+)ve, O/F, hidup di air tawar, pada kadar bahan org tinggi
Epizootiology: penyebab penyakit merah, septisemic, 2nd infection, pd penanganan tidak sempurna.
Gejala klinis: warna gelap, anorexic, haemorrhage pale liver and haemorrhage
Penanggulangan: good aquaculture management

Furunculosis
Penyebab: Aeromonas salmonicida
Sifat: gram (-)ve, non-motile, prod. pigmen coklat
Ada 3 Sub. Spec: A. salmonicida ssp salmonicida
A. salmonicida ssp achromogenes
A. salmonicida ssp masoucida
Gejala klinis: lesi, necrotic, ulcer

Vibriosis
Penyebab: Vibrio spp
Sifat: gram (-)ve, motile, batang/koma, fermentatif, cytochrome oksidase (+)ve, sensitif 0/129
Habitat: air laut. Kematian yang diakibatkan 50%
Gejala klinis: anorexia, pucat, ulcer (acute), granuloma (chronic)

Edwardsielosis
Penyebab: Edwardsiella tarda
Sifat: gram (-)ve, rod, motile, fermentative prod. H2S. Punya 4 serotype (A,B,C,D)
Gejala klinis: pale, dropsy, hemorrhage sekitar anus, bintil kecil (putih) pd insang, ginjal, hati dan linfa.

Streptococciasis
Penyebab: Streptococcus iniae
Sifat: Gram (+)ve, coccus, memiliki a dan b
haemolyticà menyerang sel darah merah
Gejala klinis: black color, exophthalmos, dropsy, haemorrhage pada mata, tutup insang
pangkal ekor, ginjal, hati dan limfaàhancur.

Mycobacteriosis
Penyebab: Mycobacterium spp
M. fortuitum, M. marinum, M. chelonae
Sifat: gram (+)ve, acid fast, rod agak bengkok, tumbuh pada media khusus. Tumbuh agak lama (30 hari) M. fortuitum, M. chelonae (7 hari)
Gejala klinis: lesi seperti cacar, exophthalmos, granuloma pada ginjal, hati limfa, mata dan daging yang terinfeksi.

Nocardiasis
Penyebab: Nocardia spp
Sifat: gram (+)ve, mungkin acid fast, rod (bercabang) aerob, tumbuh 21 hari pd suhu 18-37oC, menginfeksi ikan air tawar maupun laut.
Gejala infeksi: anorexia, ikan kurus, pembengkakan pada mulut, bintik putih pada insang kulit dan organ dalam.
Enteric Septicaemia of Catfish (ESC)
Penyebab: Edwardsiella ictaluri (OIE listed)
Sifat: gram (-)ve, rod, motile (flagella), tidak memproduksi H2S dan Indol.
Gejala klinis: ikan lemah, menggantung arah vertikal berenang berputar (meningoencephalitis).
Pada stad. akhir pembengkakan dan ulcer pada bag atas kepala. Hole in the head terbentuk kemudian.
Acute outbreak pada 18-28oCà ptechial haemorragic disekitar mulut.

Pasteurellosis
Sering disebut “Psedotuberculosis”
Penyebab: Pasteurella piscicida
Sifat: gram(-)ve, rod, non-motile, fermentatif warna koloni abu-abu-kuning.Hanya mengifeksi ikan laut.
Gejala klinis: Akutà tidak terdeteksi,
chronikàgranuloma pada ginjal dan limfa

Enteric Red Mouth Diseases
Penyebab: Yersinia ruckeri
Sifat: gram (-)ve, rod (lengkung), motile (7-8 flagella)
Ada 3 type sel : Type 1, 2 dan 3 (type 1àvirulen)
Gejala klinis: warna merah pd mulut dan kerongkongan erosi rahang, haemorrhage pada pangkal sirip exophthalmos.

Bacterial Kidney Disease (BKD)
Penebab : Renibacterium salmoninarum (OIE listed)
Sifat: Gram (+), non-acid fast, non-motile, nonspore forming, diplococcus.
Gejala klinis: slow systemic infection, ikan lemah, warna gelap, dropsy, anemia, exophthalmos pendarahan sekitar anus.
Pada alat dalam à focal/multifocal ada bintil warna putih keabu-abuan.
Penyebaran: horizontal dan vertikal. Sifat: enzootic pada salmon wild species.

Gaffkemia
Penyebab: Aerococcus viridans ssp. Homari
Sifat: gram (+)ve, coccus, patogen thd lobster
Gejala: Luka, borok

Diposkan oleh arss.sakti personal blog di 04:46 0 komentar

Teori Diagnosa Berdasar Perubahan Histologi

1. GENERAL ADAPTATION SYNDROME
Adalah : Perubahan yang terjadi mrpk respon terhadap stress lingkungan.

Perubahan ada 3 fase:
A. Reaksi peringatan
B. Stadium resistan
C. Stadium kelelahan

2. RESPON PERTAHANAN (Inflamatory Response)
Adalah : respon pertahanan dasar dari jaringan akibat berbagai sebab.
1. Calor (panas)
2. Rubor (kemerahan)
3. Tumor (pembengkakan)
4. Dolor (rasa sakit)
5. Functio laeso (kehilangan fungsi)

Penyebab utama kerusakan Jaringan
1. Mikroorganisme dan produk luaran selnya
2. Perlakuan fisik dan kimia
3. Kekurangan supply darah

NEKROSA
Luka yang menyebabkan terjadinya kematian sel dan perubahan yang irreversible.
Ada 3 macam nekrosis yaitu
1. Liquefactive necrosis: hasil penghacuran sel secara
enzymatis yang cepat.
2. Coagulative necrosis: akibat kehilangan supply darah ciri dari
necrosis ini adalah acidophilic, inti sel hancur tapi batas sel
masih dikenali
3. Fat necrosis: hanya ditemui pada kasus infeksi IPN

STADIUM NECROSIS
1. Pycnosis: sel mengkerut dan kelihatan gelap
2. Karyorhexis: fragmentasi inti sel dan membran inti hancur
3. Karyolisis: hydrolysis asam nucleat, jaringan akan terlihat pink.

3. BERDASAR PERUBAHAN GAMBARAN DARAH. (DIAGNOSA HAEMATOLOGY)
Cara ini biasanya dengan menggunakan gambaran darah baik sel darah merah maupun sel darah putih.


CARA:
a. Kadar haemoglobin
b. Haematocrite value
c. Differential Leucocyte
d. Phagositic index

SEL DARAH PUTIH
Kelimpahannya kurang dari sel darah merah (20.000 – 250.000 sel/mm3)Kelimpahan limfosit : 71.2 – 82.88% dari total sel darah putih.

4. SERODIAGNOSTIC
Pada prinsipnya merupakan reaksi antigen antibody
Antigen: benda asing biasanya BM tinggi biasanya tidak tdpt pada tb inang, yang dapat memacu timbulnya antobodià immunogen

Antibody: senyawa protein yang terbentuk karena adanya antigen.
Sifat: sangat spesifik

METODA:
1. Rapid Slide agglutination test
2. Precipitation testà Gel-diffusion test
3. Fluorescence Antibody test
4. Immunohistochemistry
5. ELISA

RAPID SLIDE AGGLUTINATION TEST
Reaksi sangat sederhana
Memerlukan antigen dan antibody
Langsung dan dapat cepat dilihat hasilnya

Caranya:
Sediakan gelas obyek bersih
Teteskan antibody diatas obyek gelas
Campurkan dengan antigen








Definisi penyakit dalam patologi ikan


Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal :

1). Non patogen

* Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).
* Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.

2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :

* Penyakit viral
* Penyakit jamur
* Penyakit bakterial

Tabel 1. Karakteristik setiap kelompok patogen

Karakteristik


Virus


Bakteri


Jamur


Parasit

Ukuran (Penyaring 0,45µm)


25-350 nm (dapat
melalui penyaring)


0,6-30 µm (tidak
dapat melalui
penyaring)


Besar dari beberapa mikron (tidak dapat melalui penyaring)


Besar dari ebberapa mikron (tidak dapat melalui penyaring)

Reproduksi


Transkripsi/reproduksi
pada inang DNA atau
RNA


Segmentasi


Produksi spora


Produksi telur/spora

Kultur


Pada sel


Pada media


Pada media


Pada umumnya membutuhkan inang hidup

Deteksi


- PCR
- Kultur sel
- Secara imunologi
- Mikroskop elektron


- Kultur pada agar
- Mikroskop
- Secara imunologi


- Kultur pada agar
- Mikroskop


Mikroskop

Identifikasi


- Secara genetik
- Secara morfologi


- Secara biokimia
- Secara morfologi
- Secara genetik


Secara morfologi


Secara morfologi

Karakteristik penyakit infeksi pada ikan
Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.

Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :

* Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
* Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.
* Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.
* Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.
* Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain.
Contoh : siput, burung.
* Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
* Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
* Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.

Tabel 2. Patogen pada ikan budidaya air tawar di Indonesia

Spesies Ikan


Virus


Bakteri


Jamur


Parasit

Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Virus Herpes Koi (KHV)


Aeromonas flavobacterium


Achiya Aphanomyces


Trichodina , Ichthyophthirius, Chilodonella, Myxobolus, Argulus, Lemaea, Dactylogyrus, Gyrodactylus, Cestoda, Digenetik, Glochidium

Ikan Nila (Oreochromis sp)



Streptococcus flavobacterium


Achiya


Trichodina ,Chilodonella, Dactylogyrus, Gyrodactylus

Ikan Patin (Pangasius sp)



Edwardsiella flavobacterium


Achiya


Trichodina, Oodium, Ichthyophthirius, Argulus, Dactylogyrus

Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)



Streptococcus


Achiya


Trichodina , Lemaea, Dactylogyrus

Ikan Botia (Botia macrac anthus)



Flavobacterium



Trichodina , Ichthyophthirius, Oodinium

Prosedur diagnosa di lapangan

1. Pengukuran panjang dan berat ikan.
2. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
3. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop.
4. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan
preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
5. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.
6. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
7. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.
8. Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
9. Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.

Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.

Tindakan penanganan

* Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.
* Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.
* Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.
* Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan sistem memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.

Sumber : Yuasa, Kei, dkk. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi, Ditjen Perikanan Budidaya, DKP dan JICA

gimana dengan posting ini?